Ilustrasi Bantal untuk Bayi Baru Lahir
Jakarta

Meski Bunda dan Ayah sering membagikan cerita atau kejadian saat anak-anak menjadi bayi, mereka mungkin tidak akan mengingat hal itu. Kira-kira, apa alasannya, ya?

Fenomena ini dikenal dengan istilah infantile amnesia atau amnesia masa bayi, Bunda. Meskipun anak mengalami banyak hal di tahun-tahun pertama kehidupannya, ingatan akan masa ini seolah menghilang begitu saja saat Si Kecil tumbuh besar.

Dilansir dari laman The Guardian, istilah infantile amnesia ini diciptakan langsung oleh Sigmund Freud pada tahun 1905. Fenomena ini mengacu pada amnesia aneh di mana ingatan awal mula masa kanak-kanak menjadi tersembunyi.

Lebih dari satu abad kemudian, para psikolog pun masih tertarik dengan alasan mengapa anak tidak bisa mengingat kenangannya di masa bayi.

“Kebanyakan orang dewasa tidak memiliki ingatan sebelum usia dua hingga tiga tahun. Sampai sekitar usia tujuh tahun, ingatan masa kecil biasanya tidak merata,” tutur Prof. Qi Wang dari Cornell University.

Penelitian tentang anak tidak bisa mengingat kenangan masa bayi

Studi yang diterbitkan pada jurnal Science, meneliti sekitar 26 bayi mulai dari usia 4 hingga 24 bulan yang dibagi menjadi dua kelompok. Pembagiannya adalah mereka yang lebih muda dari 12 bulan dan mereka yang berusia 12 hingga 24 bulan.

Selama percobaan, bayi ditempatkan di mesin MRI dan diperlihatkan serangkaian gambar unik yang masing-masing selama dua detik. Hal ini bertujuan untuk merekam aktivitas di hipokampus, yakni bagian otak yang berkaitan dengan emosi, memori, dan sistem saraf otonom.

“Hipokampus adalah struktur otak dalam yang tidak terlihat dengan metode standar, jadi kami harus mengembangkan pendekatan baru untuk melakukan eksperimen memori dengan bayi di dalam mesin MRI,” ujar penulis utama studi, Dr. Nick Turk-Browne, mengutip dari laman CNN Health.

“Penelitian semacam ini sebelumnya telah dilakukan sebagian besar saat bayi tertidur, karena mereka banyak bergoyang, tidak bisa mengikuti instruksi, dan memiliki rentang perhatian yang pendek,” lanjutnya.

Seorang profesor di departemen psikologi Universitas California, Dr. Simona Ghetti, mengakui bahwa penelitian ini sangat unik. Hal ini karena penelitian telah mengaitkan pengkodean memori dengan aktivasi hipokampus. Namun, Ghetti tidak terlibat dalam penelitian ini, Bunda.

Setelah penundaan sesaat, bayi-bayi itu kemudian diperlihatkan dua gambar berdampingan. Salah satu gambar yang pernah mereka lihat sebelumnya dan satunya adalah yang baru dilihat. Para peneliti melacak gerakan mata bayi dan mencatat gambar mana yang mereka fokuskan lebih lama.

Jika seorang bayi menghabiskan lebih banyak waktu untuk melihat gambar yang dikenalnya, itu menunjukkan bahwa mereka mengenalinya. Jika mereka tidak menunjukkan preferensi apapun, kemungkinan berarti ingatan mereka kurang berkembang.

“Gerakan mata telah digunakan dalam ratusan penelitian tentang memori dan kategorisasi bayi. Bayi melihat apa yang menurut mereka menarik dan para peneliti telah lama memanfaatkan perilaku spontan ini untuk mendapatkan informasi tentang fungsi memori,” tutur Dr. Ghetti.

Menganalisis aktivasi struktur otak dalam

Setelah para peneliti mengumpulkan data awal, tim menganalisis pemindaian MRI pada bayi yang melihat gambar yang sudah dikenal lebih lama. Temuan mengungkap bahwa hipokampus lebih aktif pada bayi yang lebih besar saat mengkodekan ingatannya.

Selain itu, hanya bayi yang lebih tua yang menunjukkan aktivitas korteks orbitofrontal, yakni area yang memainkan peran kunci dalam pengambilan keputusan dan pengenalan terkait memori.

“Satu hal yang telah kita pelajari tentang ingatan pada orang dewasa adalah bahwa informasi yang cenderung kita tangkap dan enkode ke dalam ingatan adalah hal-hal yang sangat relevan dengan pengalaman kita,” tutur profesor departemen psikologi di Universitas Columbia, Dr. Lila Davachi, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

“Hal yang menakjubkan tentang penelitian ini adalah secara meyakinkan menunjukkan proses pengkodean hipokampus pada bayi untuk rangsangan, yang dalam beberapa hal tidak penting bagi mereka,” lanjutnya.

Meskipun masih belum jelas mengapa pengkodean memori tampaknya lebih kuat pada bayi berusia lebih dari 12 bulan, kemungkinan besar hal itu disebabkan oleh perubahan besar yang terjadi di dalam tubuh.

“Otak bayi mengalami banyak perubahan persepsi, linguistik, motorik, biologis, dan lainnya, sekitar waktu itu, termasuk pertumbuhan hipokampus yang cepat,” tutur Turk-Browne.

Turk-Browne dan timnya secara aktif bekerja untuk menguji mengapa otak tidak bisa mengambil kembali ingatan awal dalam kehidupan. Namun, ia berspekulasi bahwa pemrosesan otak pada bayi mungkin menunjukkan bahwa hipokampus tidak menerima ‘istilah penelusuran’ yang akurat untuk menemukannya. Memori seperti ini disimpan berdasarkan pengalaman bayi.

Saran untuk Bunda dan Ayah

Ghetti menyarankan orang tua untuk memikirkan dampak masa kanak-kanak terhadap anak-anak mereka. Bahkan, jika anak-anak tersebut tidak dapat mengingat kembali ingatan yang mereka alami di usia dini.

Bayi akan belajar dalam jumlah sangat besar pada usia ini, begitulah cara mereka mulai memahami seluruh bahasa dengan mengasosiasikan suara dengan makna.

Ghetti menambahkan bahwa bayi juga membentuk ekspektasi di sekitar anggota keluarga. Mereka akan mempelajari sifat-sifat benda dan dunia di sekitar mereka.

“Ini bisa mengingatkan orang tua bahwa masa bayi bukanlah waktu yang tidak berguna dan bahwa bayi banyak belajar. Menawarkan peluang untuk eksplorasi visual mungkin penting untuk mengembangkan keterampilan belajarnya,” tutur Ghetti.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(mua/fir)

#

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *